Inilah Sejarah Panjang Banjarmasin Ibukota Kalsel [Part II]

sungai martapura banjarmasin, sungai martapura banjarmasin tempe doeloe, sejarah banjarmasin, banjarmasin dulu, wisata banjarmasin

Budaya Sungai yang Memudar

Ada alasan kuat mengapa Sultan Suriansyah memusatkan Kesultanan Banjar di Kampung Kuin dan Alalak. Keraton tidak boleh jauh dari tiga hal: bandar, alun-alun dan masjid. Tempat pedagang dan pembeli bertemu pada era itu berada di muara Sungai Kuin. Dan Pasar Terapung adalah peninggalan terpenting dari era Banjar lama.

“Pasar Terapung muncul karena kebudayaan sungai, kebutuhan ekonomi yang disandarkan pada dominasi transportasi perahu,” kata Wajidi Amberi. Ia adalah peneliti bidang Sejarah dan Arkeologi pada Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Provinsi Kalsel.

Kota sungai adalah identitas asli Banjarmasin. Dan Kampung Kuin adalah contoh bagus untuk menilai seberapa jauhnya identitas itu tergerus. Kampung Kuin sekarang ditetapkan sebagai kampung wisata budaya. Selain Pasar Terapung, di sini juga ada komplek makam dan Masjid Sultan Suriansyah. “Sekarang Kampung Kuin berada pada dilema,” imbuhnya.

Kebudayaan sungai orang Banjar sangatlah canggih. Jukung dari segi proses pembuatan bisa dibedakan menjadi tiga jenis: Jukung Sudur, Jukung Patai dan Jukung Batambit. Sesuai fungsi, jukung bahkan bisa dibedakan dalam 14 jenis. Untuk menyebut beberapa seperti Jukung Pahumaan, Jukung Paiwakan, Jukung Pambarasan dan Jukung Tiung.

Tantangan alam juga dijawab dengan teknologi kanal yang hebatnya dikerjakan secara manual. Dijabarkan Wajidi, orang Banjar mengenal tiga jenis kanal buatan: Anjir atau Antasan, Handil atau Tatah, dan Saka. Anjir adalah saluran primer yang menghubungkan dua sungai. 

Sedangkan Handil adalah saluran yang bermuara pada Anjir. Dan Saka adalah saluran tersier untuk menyalurkan air yang diambil dari Handil. “Kanal berfungsi ganda. Selain untuk irigasi dan jalur transportasi, juga untuk mengendalikan luapan banjir,” jelasnya.

Mengutip Amir Hasan Kiai Bondan, antara tahun 1924 sampai 1927, masyarakat masih terus membangun Handil dengan jumlah ratusan buah dan puluhan kilometer. Awal kemerdekaan, beberapa Handil baru kembali dibangun di Kelayan dan Pemurus. 

Seperti Tatah Belayung, Tatah Bangkal, Handil Jatuh, Handil Babirik dan lainnya. Inilah era keemasan terakhir sungai. “Demikian juga dengan Saka, tapi Saka yang jumlahnya tidak terhitung di Banjarmasin kini tinggal satu yaitu Saka Permai. Itu pun sekadar menjadi nama perkampungan,” tandas Wajidi.

Spesialis Ibukota

Kantor Gubernur kalsel, Kantor Gubernur kalsel tempe doeloe, sejarah banjarmasin, banjarmasin dulu, wisata banjarmasin, wisata kalselWilayah Kesultanan Banjar lebih luas dari Kalimantan Selatan sekarang. Tidak aneh, mengingat pada abad ke 17 digambarkan kekuatan pasukan sultan mencapai 50 ribu prajurit.

Meski ibukota akhirnya dipindahkan ke Martapura, Banjarmasin tetap menjadi kota penting bagi kesultanan. Aktivitas perdagangan di Banjarmasin sangat pesat. Jika ada satu yang tidak berubah dari Banjarmasin, itu adalah nilai ekonominya sebagai kota pelabuhan.

Sejak tahun 1747, Banjarmasin dijadikan Pemerintah Hindia Belanda sebagai salah satu karesidenan miliknya. Memasuki era kemerdekaan, 14 Agustus 1950, Provinsi Kalimantan dibentuk setelah pembubaran Republik Indonesia Serikat (RIS). 

Sekali lagi Banjarmasin memainkan peran penting sebagai ibukota Provinsi Kalimantan. Pemekaran provinsi baru terjadi enam tahun kemudian. Artinya, Banjarmasin pernah menjadi ibukota Kesultanan Banjar, karasidenan Belanda, ibukota Provinsi Kalimantan dan sekarang ibukota Provinsi Kalimantan Selatan.(sb)

Page: 1  2

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.